Vanda tricolor var suavis, si totol yang mempesona

by Destario Metusala 07

by Destario Metusala 07
Awalnya, Pada tahun
1847, John Lindley, seorang botanis handal berkebangsaan
inggris telah mendeskripsikan sebuah anggrek yang
diberinya nama Vanda tricolor. Setahun kemudian,
yaitu pada 1849, Lindley kembali mendeskripsikan sebuah
anggrek Vanda yang dianggapnya berbeda dengan Vanda
tricolor. Vanda ini kemudian dideskripsikan oleh
Lindley sebagai Vanda suavis. Beberapa ahli
mengangap Vanda putih bertotol ungu kemerahan ini
sebagai salah satu varietas dari Vanda tricolor
dengan namaVanda tricolor var suavis,
tetapi adapula yang memisahkannya menjadi jenis
tersendiri yaitu Vanda suavis. Nama suavis
berarti manis atau menyenangkan. Nama tersebut diberikan
karena bunganya yang memiliki bentuk, warna dan
keharuman khas yang “manis”. Meskipun demikian, untuk
saat ini nama Vanda tricolor var suavis
akhirnya menjadi nama resmi yang tercatat di Kew Garden.
Persamaan bentuk
tubuhnya dengan Vanda tricolor varietas lainnya
memang tidak diragukan lagi. Perbedaannya hanya tampak
pada warna serta beberapa bentuk detail organ bunganya.
Batangnya berbentuk bundar, panjang dan kokoh, tingginya
dapat mencapai 2 m. Daunnya berbentuk pita agak
melengkung dengan ujung daun berbentuk rompang bersudut
tajam. Tandan bunga yang panjangnya 25-40 cm menyangga
12-15 kuntum bunga yang muncul dari ketiak daun.
Masing-masing bunganya dapat mencapai garis tengah 9 cm.
Dibandingkan dengan varietas tricolor, var
suavis ini memiliki tandan bunga lebih panjang
sehingga bunganya juga lebih banyak. Dasar bunganya
putih keunguan dengan bercak-bercak ungu kemerahan dan
beraroma harum. Aroma harum ini nampaknya dipengaruhi
pula oleh ketinggian dimana anggrek ini dipelihara.
Didataran rendah 200-300 m dpl, aroma harumnya tidak
terasa kuat, berbeda dengan didataran tinggi yang
aromanya dapat tercium kuat. Dari pengamatan yang
dilakukan, ternyata pada kondisi yang optimum, Vanda ini
dapat berbunga terus menerus sepanjang tahun dengan masa
mekar yang cukup lama yaitu 20-24 hari.
Untuk perawatannya
anggrek ini tergolong mudah dan cukup bandel.
Penamanannya bisa mengunakan media bonggol pakis, arang,
atau sebongkah kayu. Bahkan seringpula cukup dengan
melekatkannya pada batang pohon yang besar. Kuncinya
pada kontrol supaya daerah perakarannya cukup lembab
serta aliran aerasi yang lancar. Intensitas cahaya yang
disukai antara 50-75 %. Intensitas cahaya diatas 80 %
dapat menyebabkan permukaan daunnya menjadi kekuningan
bahkan gosong dan pertumbuhan daunnya menjadi lebih
pendek, akan tetapi jumlah tandan bunga yang dikeluarkan
umumnya lebih banyak dan lebih sering berbunga.
Pemupukan baik lewat akar maupun daun sangat dianjurkan,
baik menggunakan pupuk cair alami seperti air seni sapi
yang telah terfermentasi dengan baik maupun dengan pupuk
kimia.
Sama halnya dengan
anggrek Vanda tricolor varietas lainnya, si totol
ini umumnya tumbuh baik pada ketinggian 800-1700 m dpl,
pada hutan-hutan yang agak terbuka. Namun ternyata
anggrek ini juga mampu beradaptasi dengan baik di
dataran rendah 200-300 m dpl, dan dapat berbunga dengan
sempurna. Tanaman ini berasal dari Jawa Barat hingga
Bali, bahkan ada laporan bahwa spesies ini juga
ditemukan di Laos. Pembudidayaanya tidak asing lagi di
pulau Jawa terlebih diluar negeri. Vanda ini sering
dijadikan induk silangan untuk menghasilkan form
spot-spot ungu, warna ungu kemerahan pada labellum,
aroma harum, tandan bunga yang panjang serta jumlah
kuntum yang banyak pada hybrid keturunannya. Upaya
persilangan baik dengan jenis lain dalam satu genus
maupun dengan genus lain telah banyak dilakukan.
Misalnya dengan Phalaenopsis dan Renanthera.
Tak elak lagi, bahwa anggrek ini tetap menjadi primadona
incaran para hobiis dan kolektor anggrek spesies. Oleh
karena itu, upaya pembudidayaannya baik secara generatif
maupun vegetatif sangat penting dalam fungsinya untuk
mengendalikan perburuan liar anggrek ini di habitatnya
yang sudah semakin langka. Bahkan di lereng selatan
Gunung Merapi (di luar area relokasi), anggrek ini
jumlahnya tidak lebih dari hitungan jari saja. Bila
tidak ada action nyata, kepunahan anggrek ini di
habitatnya hanya tinggal menunggu waktu saja. |